Setiap hari, nada-nada semakin sumbang, menggerus semangat yang tersisa. Aku melihatnya di setiap kesempatan, di setiap kebijakan yang terasa illogical, bahkan di tatapan mata rekan-rekan yang kini lebih sering menunduk daripada berani menyuarakan kebenaran.
Lumbung ini kini limbung, dulu pilar kokoh yang kami banggakan, kini terasa seperti bangunan tua yang retak di mana-mana.
Keputusan-keputusan dibuat bukan berdasarkan data atau analisis, melainkan atas dasar kepentingan sesaat atau, yang lebih parah, sentimen pribadi.
Keputusan-keputusan dibuat bukan berdasarkan data atau analisis, melainkan atas dasar kepentingan sesaat atau, yang lebih parah, sentimen pribadi.
Kinerja diukur bukan dari dampak nyata, tapi dari angka-angka palsu yang dipoles agar terlihat ‘gemilang’.
Aku ingin berteriak, mengguncang ruang demi ruang, "Tidakkah kalian lihat kemerosotan yang semakin tersorot?". Tapi suaraku hanya bergema di kepala sendiri, terkunci dalam keheningan yang menyesakkan.
Baca juga: Solilokui, Tarian Abadi Pikiran dan Perasaan
Aku ingin berteriak, mengguncang ruang demi ruang, "Tidakkah kalian lihat kemerosotan yang semakin tersorot?". Tapi suaraku hanya bergema di kepala sendiri, terkunci dalam keheningan yang menyesakkan.
Aku rindu masa dimana keadilan menjadi kompas, dimana kebijaksanaan adalah penuntun.
Masa dimana setiap inisiatif bertujuan untuk kemajuan bersama, bukan untuk memperkaya segelintir orang atau mempertahankan kekuasaan yang fana.
Harapan itu, seperti benih kecil di tanah gersang, terus kupupuk. Aku percaya, sangat percaya, bahwa badai ini pasti berlalu.
Baca juga: Solilokui, Bebas dari Belenggu Materi
Harapan itu, seperti benih kecil di tanah gersang, terus kupupuk. Aku percaya, sangat percaya, bahwa badai ini pasti berlalu.
Bahwa akan ada titik balik, sebuah harmoni baru yang menggantikan disonansi. Meski terkadang ketidaksabaran mengganggu menunggu waktu.
Semuanya kini hanya berharap, semoga tidak terlambat. Semoga masih punya cukup waktu untuk menata kembali, untuk memperbaiki melodi yang sumbang menjadi simfoni yang indah dan merdu, sekali lagi.
Semuanya kini hanya berharap, semoga tidak terlambat. Semoga masih punya cukup waktu untuk menata kembali, untuk memperbaiki melodi yang sumbang menjadi simfoni yang indah dan merdu, sekali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar